PERKANDANGAN DAN MANAJEMEN LIMBAH TERNAK BABI

Pemilihan Lokasi Peternakan Babi


Perencanaan lokasi usaha peternakan babi terutama usaha yang besar, perlu disiapkan untuk jangka panjang, misalnya harus dipersiapkan untuk jangka waktu 25-50 tahun masa yang akan datang, karena modal yang diinvestasikan relatif tinggi. Penting pula diperhatikan dari faktor fisik, ekonomis dan sosial, terutama di Indonesia, dan juga agar sesuai dengan makna yang terkandung dalam peraturan yang berlaku. Undang-undang RI No. 4 tahun terutama Pasal 16: setiap rencana yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) yang pelaksanaannya diatur dengan peraturan pemerintah.

Sejak awal, suatu usaha peternaka babi, harus telah membuat perkiraan dampak terhadap lingkungan hidup, baik fisik, ekonomis dan sosial budaya. Berdasarkan analisis tersebut dapat diperkirakan secara terperinci dampak negatif dan positif yang akan timbul dari usaha atau kegiatan beternak babi, sehingga sejak dini sudah dipersiapkan langkah untuk menanggulangi dampak negatif dan mengembangkan dampak positifnya.

Dampak yang perlu ditentukan antara lain:

  1. Banyak manusia yang akan terkait di sekitarnya.
  2. Luas wilayah penyebaran dampak.
  3. Lama dampak berlangsung.
  4. Intensitas dampak.
  5. Banyak komponen lingkungan lainnya yang akan terkena.
  6. Sifat kumulatif dampak tersebut.
  7. Berbalik (reversible) atau tidaknnya (irreversible) dampak.

Luas Lahan Peternakan Babi

Lahan untuk peternakan harus cukup luas dengan besar usaha peternakan, selain untuk peruntukan bagi peternakan; sedapat mungkin ada lahan untuk memanfaatkan limbah ternak untuk tanaman pangan ataupun pakan. Jalan harus ada dan tahan saat musim hujan untuk dilalui alat pengangkutan, yakni mengangkut ternak, makanan dan limbah.

Topografi Lahan

Lahan harus dipilih yang bertopografi yang memungkinkan digunakan untuk peternakan babi. Sedapat mungkin dari areal perkandangan dapat disalurkan limbah ternak ke tempat penampungan limbah oleh grafitasi saja. Air permukaan diarahkan menjauh dari kandang dan dari penampungan limbah sedapat mungkin tinggal di lahan peternakan itu sendiri dan jangan mencemari lahan milik orang lain.

Permukaan Air dalam Tanah

Dengan semakin banyak masyarakat menggunakan persediaan air tanah untuk dipakai sehari-hari, penting untuk menghindari sumber ini dari pencemaran. Bila perlu diuji menggali satu atau dua lubang untuk mengetahui ambang air tanah, sehingga mempermudah memilih lokasi penampungan limbah ternak.

Jarak Kandang dari Pemukiman

Ternak dapat mencemari lingkungan dalam bentuk pencemaran air permukaan maupun air dalam tanah, udara, maupun bising oleh suara ternak. Dari sebab itu jarak peternakan, dalam hal ini kandang tempat mengurung ternak, harus diperhatikan jarak minimalnya dari pemukiman. Bangunan kandang harus cukup jauh jaraknya dari rumah-rumah pemukiman untuk menghindari polusi kebisingan, udara dan air bagi penghuni rumah tempat tinggal bangunan-bangunan atau pusat-pusat kegiatan lain. Pemukiman dapat digolongkan menjadi 4 besar, yaitu:

Golongan 1 : pusat-pusat kegiatan pinggir kota, rumah sakit, sekolah, bungalow.

Golangan 2 : banyak rumah-rumah pemukiman.

Golongan 3 : sedikit rumah pemukiman, tempat rekreasi dan industri.

Golongan 4 : daerah pertanian dan peternakan, sedikit rumah pemukiman.

Jarak minimum dari tempat-tempat yang disebut tadi tergantung dari besar usaha atau banyaknya ternak babi yang dipelihara terkurung. Spesies ternak lainpun dapat mencemari lingkungan apabila tidak ditangani dengan wajar; potensi pencemaran berbagai spesies ternak dapat dikonversikan sebagai berikut :

Seekor babi gemukan = seekor sapi remaja gemukan ;

= 1,5 ekor babi induk ;

= 15 ekor ayam petelur (kotoran basah);

= 30 ekor ayam petelur (kotoran kering);

= 60 ekor ayam petelur  (kotoran kering, 50% air);

= 100 ekor broiler.

Jarak pisah minimum (JPM) yang disarankan untuk usaha peternakan babi sesuai banyak ternak yang dipelihara dan golongan pemukiman sebaiknya adalah seperti data 9-1.

Tabel 9-1 Jarak pisah minimum (meter) peternakan babi dari pemukiman

Banyak induk
Pemukiman lahan sekitar 50 100 200
Golongan (1) 725 900 1100
Golongan (2) 450 550 700
Golongan (3) 360 450 550
Golongan (4) 320 400 500

Bila syarat-syarat lokasi, topografi dan luas lahan telah dipenuhi, maka perencanaan selanjutnya adalah:

  1. Rencana induk pengembangan fisik.
  2. Rekayasa letak (site engineering).
    1. Rekayasa terperinci (detail engineering), yang mencakup perincian kekuatan, bahan dan harga.
    2. Perincian disain (detail design) yang mencakup penataan (lay out) perkandangan, bangunan-bangunan dan penyesuaian dengan topografi lahan dan koefisien pekerjaan mengelolanya.

Kandang Ternak Babi

kandang individu

kandang kelompok

kandang beranak

Kandang Memenuhi Sifat Biologis dan Iklim Setempat

Kandang harus memenuhi tuntutan biologis ternak babi. Ternak babi tegolong hewan berdarah panas atau homeoterm, yakni mekanisme fisiologisnya selalu berusaha mempertahankan keadaan internal tubuh dengan kondisi lingkungan eksternal yang tidak cocok baginnya. Babi selalu berusaha mencapai keadaan homeostasis melalui neraca panas tubuh, termoregulasi, neraca biokemis (air, elektrolit dan senyawa karbon) dan neraca sirkulasi kardio-vaskuler. Keadaan homeostasis ditentukan oleh faktor-faktor  eksternal, yakni ketinggian tempat (altitut), garis lintang bumi, radiasi surya maupun bumi, suhu dan kelembaban relatif udara, curah hujan, gerakan udara (angin), komposisi dan ionisasi udara, tekanan udara, dan bahan-bahan pencemar udara. Bila kedaan homeostasis yang mantab tidak dicapai, maka ternak akan dalam keadaan stres. Ternak yang dalam keaadaan stres akan menmpengaruhi metabolisme ternak. Hal ini mungkin juga akan mengubah mempengaruhi metabolisme ternak. Hal ini mungkin juga akan mengubah tingkah laku ternak, yang selanjutnya berpengaruh tehadap produksi, reproduksi maupun kesehatan ternak.

Pada babi kadang-kadang terlihat tingkah laku yang menimpang dan hal tersebut mungkin oleh faktor genetik dan oleh faktor lingkungan, misalnya kandang yang kurang memadai dan oleh defisiensi zat-zat makanan. Tingkah laku yang menyimpang ini antara lai, kebiasaan menggigit ekor (tail-biting) dan telinga temannya, suka mengunggis perut temannya, kanibalisme, suka menggosok-gosokkan cungurnya ke lantai  atau temannya; suka menggosokkan anusnya ke lantai atau dinding kandang, suka mengunyah tanpa isi, suka merusak atau menggigit sekat atau penghalang kandang dan hiperaktif.

Dari sebab itu faktor-faktor eksternal tersebut sedapat mungkin harus dimanipuler oleh pengusaha ternak babi, antara lain menyediakan kandang yang sesuai bagi ternak dan manajemen sebaik mungkin.

Selain kandang harus menyenangkan bagi ternak babi, tetapi juga mudah dibersihkan, mudah kering dan sedapat mungkin terhindar dari suhu suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, humiditas, hembusan angin, terik surya dan memungkinkan sirkulasi udara yang baik sehingga akan sangat dibatasi kepengapan maupun bau yang tak disukai.

Bau yang tidak enak yang timbul di dalam kandang ternak disebabkan oleh gabungan berbagai bahan berbau, antara lain ammonia, hidrogen sulfida, skatol, indol dan sebagainya, yang sebagian besar berasal dari feses dan urin ternak. Bahan berbau ini telah diidentifikasi dan sekarang telah ada alat scentometer untuk mengukur intensitas bau.

Luas Kandang

Luas bangunan kandang babi tergantung dari banyak babi yang dipelihara dan tipe usaha yang dijalankan. Tipe usaha yang hanya menggemukkan babi, kandangnya sederhana dan dapat semacam saja.

Makin banyak induk yang dipelihara, luas bangunan babi yang meningkat, dan macam kandang bertambah. Usaha ternak babi yang besar atau sangat besar mungkin membutuhkan kandang yang makn kompleks, sebab mungkin pekerjaan otomatisasi, malahan komputerisasi juga dilakukan.

Besar atau unit usaha peternakan bervariasi, dari yang kecil sampai sangat besar. Skala usaha ini tergantung  dari ketersediaan modal dan besar permintaan pasar (demand) untuk menyerap produksi ternak. Besar skala usaha ternak babi yang kini terdapat di dunia usaha ternak dapat digolongkan sebagai usaha keluarga (beternak di pekarangan) sampai usaha yang sangat besar.

Tabel 9-2 Besar skala usaha peternakan babi

Skala usaha Banyak induk Populasi babi
Usaha keluarga 1-20 1-250
Usaha kecil 20-50 250-450
Usaha sedang 50-200 450-2200
Usaha besar 200-1250 2200-10000
Usaha sangat besar Lebih dari 1250 Lebih dari 10000

Untuk usaha ternak babi yang sedang sampai besar sudah tentu lebih dulu dilakukan studi kelayakan, sebab modal yang diinvestasokan sudah relatif besar.

Dalam merencanakan kandang babi sudah tentu dipertimbangan antara lain: 1) sarana jalan, 2) ketinggian lokasi (altitut), 3) ketersediaan air, 4) kemungkinan pengadaan listrik, 5) sarana komunikasi, 6) kemungkinan memperoleh bahan ransum, 7) kelandaian lahan, 8) keaadaan lingkungan sekitar, 9) kondisi tanah, 10) pengaruh terhadap kesehatan ternak dan lain sebagainya. Khusus untuk tujuan bibit ternak, pertimbangan keadaan lingkungan sekitar peternakan harus diperhatikan, antara lain harus aman dari lalulintas ternak atau hewan liar, maupun manusia.

Salah satu yang perlu dpertimbangkan adalah dampak terhadap lingkungan; sudah tentu ada beberapa instansi yang terkait dengan usaha beternak babi, antara lain Dinas Peternakan/Departemen dalam negeri (Kepala Desa, Camat, Bupati, Gubernur, mungkin Pusat), Agraria/Badan Urusan Pertahanan, Departemen Pekerjaan Umum, Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Perdagangan, Perhubungan, dan mungkin instansi lain.

Semakin modern usaha peternakan babi, pengusaha ternak makin mengarahkan bangunan kandang babi yang hemat akan lahan, tenaga, air dan energy. Dari sebab itu tipe bangunan dirancang untuk sedapat mungkin memenuhi persyaratan tersebut.

Bangunan kandang babi untuk daerah tropis seperti Indonesia lebih sederhana dibandingkan dengan untuk daerah subtropik atau daerah beriklim dingin. Suhu Indonesia rata-rata 27,2oC, namun suhu di berbagai daerah berbeda, tergantung dari letak geografis, ketinggian (altitut) tempat, kelandaian, sinar, angin, hujan dan kelembaban.

Tabel 9-3 Suhu optimal bagi ternak babi

Status babi Bobot badan (kg) Suhu optimal (oC)
Baru lahir 1-2 35
Menyusu 2-5 25-34
Lepas sapih/fase bertumbuh 5-40 18-24
Fase bertumbuh-pengakhiran 40-90 12-22
Babi bunting 130-250 14-20
Induk menyusukan anak 130-250 5-18

Suhu optimal bagi ternak babi berbeda menurut umur atau bobot badannya (Tabel 9-3): anak babi yang baru lahir memerlukan suhu yang relatif tinggi, sedang babi dewasa memerlukan suhu yang relatif rendah.

Suhu atau temperature lingkungan mikro harus dimodifikasi agar sesuai dengan tuntutan hidup ternak babi yang dipelihara dalam kandang. Harus diusahakan agar mikroklimat dalam kandang serasi bagi kehidupan atau kebutuhan fisiologis babi. Bila suhu terlalu tinggi, babi akan kehilangan panas evaporatif ( berkeringat atau terengah-engah), konsumsi makanan biasanya menurun, konsumsi air minum meningkat, berusaha mencari kesejukan, dan tingkah laku mungkin berubah,  dan faktor-faktor tersebut mengakibatkan gangguan produksi. Suhu lingkungan yang berbeda mengakibatkan pertumbuhan babi berbeda (Tabel 9-4 dan 9-5). Temperature yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan mengganggu kehidupan babi, sebab babi akan bertumbuh baik di lingkungan zone termonetralnya, yakni berkisar antara 20-26oC.

Tabel 9-4 Efek temperatur lingkungan  terhadap performans, karkas dan organ tubuh babi.

Temperatur lingkungan (oC)
Kriteria 7 23 33
PBBH (kg) 0,64 0,61 0,40
KMH (kg) 1,61 1,33 0,91
KPM (G/F) 0,40 1,33 0,45
Masa daging 39,0 34,6 35,9
Bobot tiroid 112,8 76,0 57,6
Bobot adrenal 98,2 84,5 74,1

Empat ekor babi per grup dengan bobot badan awal 9,3 kg umur 35 hari,  dan lama percobaan 41 hari.

Tabel 9-5 Efek temperature lingkungan terhadap pertumbuhan babi

Temeratur lingkungan (oC)
Bobot badan (kg) 4 10 16 21 27 32 38 43
45 0,60 0,62 0,72 0,91 0,89 0,64 0,18 -0,60
70 0,58 0,67 0,79 0,98 0,93 0,52 -0,09 -0,60
90 0,54 0,71 0,87 1,01 0,76 0,40 -0,35
115 0,50 0,76 0,94 0,97 0,68 0,28 -0,62
135 0,46 0,80 1,02 0,93 0,62 0,16 -0,88
160 0,43 0,85 1,09 0,90 0,55 0,15 -1,15

Syarat faktor-faktor fisik bangunan kandang untuk daerah tropis:

  1. Bahan bangunan yang tahan lama, relatif murah dan berdaya pantul tinggi terhadap sinar;
  2. Berkemampuan rendah menyimpan beban panas yang berasal dari tubuh ternak;
  3. Landasan (slope) atap cukup, biasanya 30-45oC sehingga ternak terlindung baik terhadap panas sinar, hujan dan angin;
  4. Langit-langit bangunan cukup tinggi sesuai kebutuhan;
  5. Terjamin sirkulasi udara yang baik, sehingga udara tak sehat keluar dan terjamin sirkulasi udara tak sehat keluar dan udara segar masuk;
  6. Luas ruangan bagi ternak cukup memadai.
  7. Arah memanjang (poros) bangunan kandang adalah Timur-Barat, berbeda dari arah bangunan di daerah beriklim subtropis ataupun  beriklim dingin.

4 Komentar »

  1. guselanes Said:

    terimakasih info nya,, saya sangat tertarik dalam berbisnis babi nantinya..

    guselanesm08.student.ipb.ac.id

  2. Evaristo Baptista Marqes Said:

    terimakasih……karena sudah membantu saya untuk memudahkan dalam usaha ternak babi saya….

  3. junus Said:

    infonya bagus dan beberapa termasuk sangat detail hanya memang blm mencakup semua misalnya dari pakan dan penyakitnya. semoga kita dapat diperkaya lagi dengan informasi selanjutnya

  4. Nursih H Said:

    Hati2 memelihara babi di lingkungan pemukiman. Babi adalah inang (host) yang sangat kuat bagi berbagai penyakit zoonosis, yakni penyakit yang dapat menyebabkan kematian baik bagi manusia maupun hewan itu sendiri.


{ RSS feed for comments on this post} · { TrackBack URI }

Tinggalkan Balasan ke Nursih H Batalkan balasan